Skip to main content

Posts

GIVING UP BEFORE STAR

Pernah terbenak untuk menjadi penulis profesional, lalu berhenti karena belum bisa total. Dan semua impian itu akhirnya memudar. Menghilangkan dirinya sendiri.  Entah akan tumbuh lagi. Aku bahkan menyerah sebelum memulai. Berhenti sebelum berlari. Akankah selamanya begini? Menulislah meski hanya satu kalimat sehari, karena mungkin dengan menulis aku bisa kembali merenggut duniaku sendiri yang sudah terlanjur usang ~
Recent posts

tolong jangan kembali

Jogjakarta, 22 January 2013 Tiba-tiba kau hadir lagi Mengusik hariku lagi dengan lelucon bodohmu Aku mulai tertawa, mengingat betapa bodohnya aku dulu Diriku yag pernah mengatakan ‘I love you’ padamu Diriku yang pernah meneteskan air mata hanya karena melihatmu tertuduk tak berdaya di hadapanku Entah tak terhitung lagi berapa kali kau mengecewakanku Berapa kali kau pergi tanpa kabar dan berapa kali kau mengacuhkan ku demi orang lain Tapi hari ini aku mulai tertawa lagi bersamamu Apa aku terlalu bodoh? Aku tak ingin kau pergi lagi meski aku tau Mengharapkanmu kembali adalah hal paling bodoh yang kini ku inginkan Apa aku siap untuk melepasmu lagi? Saat aku tau bahwa bukan hanya aku yang kau miliki Aku ingin berlalri menjauh darimu Tak ingin lagi masuk dalam kehidupanmu Tapi setiap kali aku mencoba aku hanya bisa tertunduk dan kembali lagi Aku lelah Aku ingin kau pergi Jangan kembali lagi dan jangan pernah hidupkan masa lalu itu lagi Tapi aku y...

Dua puluh satu tahun usiaku untuk apa?

Dua puluh satu tahun usiaku untuk apa? Pertanyaan ini berkecamuk liar dalam kepalaku malam ini. Tiba-tiba saja aku merasa marah pada diriku sendiri. Aku merasa tak berguna. Rasanya hidupku yang sudah lebih dari dua puluh tahun ini sia-sia. Tak ada prestasi yang bisa kubanggakan. Seperti semua yag kujalani selama ini hanya tulisan-tulisan usang yang tak bernilai. Ini tahun terakhirku. Sudah lebih dari tiga tahun aku menyandang gelar mahasiswa yang katanya agent of change, namun rasanya aku belum melakukan apa-apa. Belum bisa memberikan sesuatu yang berharga untuk almamaterku dan untuk bangsa. Lalu masih pantaskah aku menyandang gelar sakral itu? Masih layakkah aku menyebut diriku mahasiswa? Apa yang aku kerjakan selama ini? Hanya mencetak abjad-abjad diatas lembar transkrip nilai? Atau hanya menyibukan diri sambil mengenakan baju putih dan menghabiskan waktu di laboratorium? Lalu mana hasilnya? Tak pernah ada hasil penelitianku yang bisa kubanggakan, TIDAK ADA. Tak ada yang...

Mimpiku #1 -- Aku Seorang Farmasis. Akulah Apoteker ~

Aku seorang Farmasis. Akulah Apoteker. Sejak lulus SMA memang jurusan inilah yang aku pilih. Kenapa? Awalnya karena aku cinta dengan kimia dan struktur lalu di dukung pula dengan Ayah Ibu yang sangat ingin putrinya menjadi perangkat kesehatan negara. Maka jadilah aku sekarang. Seorang calon apoteker masa depan.  Sekarang sudah semester tujuh. Sudah masuk semester tua. Kalau menengok lagi ke belakang. Banyak hari-hari getir yang sudah berhasil ku lewati. Mulai dari begadang hingga subuh mengerjakan laporan. Tidak makan seharian karena habis kuliah langsung masuk lab. Ujian dua minggu full, bahkan harus menunda pulang ke Ruteng karena ada ujian ulang --yang ini jangan di tiru. Tapi ada mimpiku di balik semua keringat itu.   Hingga lelah akan terasa indah. Ada senyum Ayah dan Ibu yang menunggu. Ada doa yang mengiringi langkahku.  Aku menatap cermin dan tersenyum. Ku bayangkan akan jadi apa aku 10 atau 20 tahun lagi. Akan seperti apa kehidupanku. Apakah sud...

Sejak Pertama Dia Tersenyum

Jika kau tanya padaku, apakah aku mengenalnya? Ya, hanya sebatas tahu namanya. Hanya sebatas tahu asalnya. Hanya sebatas tahu tempat kuliahnya. Selebihnya? Aku tak tahu... Pernah bicara dengannya? Kalau percakapan saat dia menanyakan tempat wudhu itu di hitung. Atau saat dia mengingatkan resleting tasku yang terbuka juga di hitung. Atau saat dia menanyakanku tentang perkembangan laporan itu di pertimbangkan. Maka ya aku pernah bicara dengannya. Lalu bagaimana bisa mengaguminya sedalam ini? Entahlah. Kagum itu hanya muncul begitu saja. Saat pertama dia datang waktu itu aku sudah jatuh hati. Saat pertama dengar suaranya. Sejak dia tersenyum ~

Pujangga Seribu Pena

Aku suka sastra. Aku suka menulis. Tapi aku bukan penulis yang baik. Maaf ku ralat. Belum, aku belum menjadi penulis yang baik. Tapi bagiku menulis tentangmu tidak harus menungguku pandai menulis. Aku hanya perlu menutup mata dan mengingat caramu tersenyum. dan dengan sendirinya kata-kata itu terangkai. Menjadi bait-bait penuh makna. Karena untukmu, aku adalah pujangga dengan seribu pena ~ #Florisaurus

Hai Bojonegoro, apa kabar?

Hai Bojonegoro, apa kabar? Aku masih ingat hari itu ketika tiba dikotamu, aku disambut jingga senja yang menakjubkan. Matahari mulai redup di balik pohon-pohon rindang di perbatasan sawah hijaumu. Aku selalu suka jingga senja beradu dengan hijaunya alam, satu lagi hari yang lelah sudah terlewatkan. Senja itu aku memulai langkahku untuk menghadapi tantangan, keluar dari zona nyamanku. Senja itu aku memutuskan untuk berdamai dengan diriku sendiri, untuk mengabdi. Senja itu aku merayumu, maukah kau menerimaku? Warna-warni pelangi almamater dari 13 perguruan tinggi muhammadiyah menghias kotamu pagi itu. Untuk pertama kalinya bertatap muka, saling menyapa. Dari 233 mahasiswa aku dipertemukan dengan delapan wajah baru. Awalnya tampak sedikit menakutkan. Bagaimana tidak? Selama sebulan aku akan berada di tempat yang baru dengan orang-orang yang baru pula. Aku akan menjalani hari-hari dengan orang yang baru saja aku kenal. Bertukar pikiran dengan mereka, dan aku yakin akan sangat sulit ...